MAROS - Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sulawesi dan Maluku KLHK melalui Bidang Fasilitasi menggelar kegiatan Bimtek Fasilitasi Pengelolaan Sampah Wilayah Ekoregion di Provinsi Sulawesi Selatan pada Senin (13/05/2024) di Ruang Rapat Kantor Bupati Maros. Mengangkat tema "Atasi Sampah dengan Ekonomi Sirkular". Tema tersebut juga sejalan dengan Peringatan Hati Peduli Sampah Nasional 2024, yakni; Atasi Sampah Plastik dengan Cara Produktif.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan peran Pemda/Pemkot, BUMN, Swasta Pengelola Bank sampah, Dunia pendidikan dan usaha.
Baca juga:
Kemendagri Komitmen Dukung Pelaksanaan PPKSP
|
Hingga peran dari Penggiat lingkungan, Media massa dan Masyarakat tentang konsep dan penerapan ekonomi sirkular yang berkelanjutan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah.
Melalui pengelolaan sampah yang dapat menjadi sumber daya bermanfaat dan bernilai ekonomi tinggi. Sehingga langkah ini dapat mencapai target pengurangan dan penanganan sampah di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan .
Sampah yang sampai ke TPA hanya residu saja
Dalam sambutannya, H.A.S Chaidir Syam , S.IP, M.H selaku Bupati Maros menuturkan bahwa Kesehatan dan Lingkungan merupakan salah satu diantara 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi indeks pembangunan manusia (IPM).
Selain Pendidikan dan Pendapatan atau daya beli masyarakat dan Kesehatan. Lingkungan sangat penting bagi kehidupan kita sebagai salah satu komponen dalam mengukur keberhasilan pembangunan Bangsa.
"Kami beberapa kali meraih penhargaan Adipura hingga 8 (Delapan) kali. Walau telah meraih beberapa kali Adipura, namun persoalan yang dihadapi juga semakin berat dalam mengelola sampah, " tutur Bupati Maros.
Tema Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2024, yaitu "Atasi Sampah Plastik dengan Cara Produktif".
Diutarakan lebih lanjut, Hal inilah yang menjadi perhatian utama kita. Terutama luas TPA tidak bertambah setiap tahunnya. tetapi Luasan volume sampah tiap tahun makin bertambah. Jika kita tidak melakukan langkah langkah konferhensif .
"Seperti kami mendorong saat ini satu desa satu bank sampah. Untuk mengelola bank sampah makin lebih baik, " terangnya.
"Kita harapkan sampah yang sampai ke TPA hanya residu saja. Sampah menjadi kompos hingga didaur ulang, " pesan Chaidir Syam.
Kabupaten Maros juga telah ditetapkan sebagai kawanan geopark maros pangkep. Hal yang utama adalah kebersihannya.
Kita juga harus masuk kesekolah dalam membentuk karakter awal sejak dini. Kita juga mendukung sekolah adiwiyata. Mendorong sejak dini bersama keluarga.
Ekonomi sirkular guna ulang, produksi ulang dan sebagainya. Tujuannya adalah meminimalkan sampah emisi dan lain - lain.
"Sehingga diharapkan Bimtek ini dapat mendorong dan meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan sampah. Ini semua termasuk jihad sosial yang dilakukan, "pesan Bupati Maros.
"Jihad menyadarkan masyaralat dalam memilah dan mengelola sampah. Terimakasih kepada Kepala P3E Sulawesi dan Maluku yang telah menpercayakan Maros sebagai tuan rumah, " pungkasnya.
Persoalan sampah makin kompleks dengan magnitude yang makin besar
Sementara itu, Plt. Kepala P3E Sulawesi dan Maluku KLHK Ir.Jusman menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Bapak Bupati Maros dan semua pihak yang terlibat atas suksesnya penyelenggaraan acara ini.
Baca juga:
Iwan Fals: Perubahan Bukan Pergantian
|
Lebih lanjut Korwil UPT Satker LHK Sulawesi ini mengungkapkan bahwa Pengelolaan sampah di Indonesia baik di kota kecil maupun kota - kota besar menjadi masalah yang sangat besar dan terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk yang berdampak pada bertambahnya produksi timbulan sampah.
"Permasalahan ini dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu tingginya jumlah sampah yang dihasilkan, tingkat pengelolaan dan pelayanan masih rendah, TPA yang terbatas dengan pengelolaan masih menggunakan sistim open dumping dan 'control landfll' serta permasalahan pada pihak pengelola sampah dan masalah anggaran yang sangat minim, " rincinya.
Menurut data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK, Menunjukkan di
Provinsi Sulawesi Selatan total timbulan sampah pada tahun 2023 sebanyak 1, 5 juta ton.
Adapun sampah yang terkelola sebanyak 1, 05 juta ton atau 67, 11 persen dan sampah yang tidak terkelola sebesar 0, 5 juta ton atau 32, 89 persen.
Dengan capaian pengurangan sampah di Provinsi Sulsel pada tahun 2023 adalah sebesar 209 ribu ton atau 13, 31 persen dan penanganan sampah sebesar 845 ribu ton atau 53, 80 persen dari target nasional sebesar 70 persen.
"Berdasarkan data ini banyak sekali sampah yang kita temukan. Jika kita berjalan maka tak sulit untuk menemukan sampah, " ungkapnya.
"SIPSN juga memberi data komposisi sampah yang paling banyak dihasilkan. Di Provinsi Sulawesi Selatan juga didominasi oleh sampah sisa makanan sebesar 41, 29 persen dan sampah plastik sebesar 17, 28 persen, " jelasnya.
Kita tahu bahwa persoalan sampah semakin kompleks dengan magnitude yang semakin besar kalau boleh dikatakan kita juga dalam keadaan darurat sampah, sehingga pekerjaan penanganannya yang semakin berat.
Berdasarkan amanat utama pengelolaan sampah dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah adanya perubahan paradigma pengelolaan sampah dari kumpul-angkut-buang menjadi pengurangan di sumber dan daur ulang
menjadi sumber daya.
Pendekatan dimaksud tepat menggantikan pendekatan "end of pipe" atau dengan melakukan kombinasi kerja dengan pendekatan "end of
pipe" yang selama ini diijalankan.
Plt Kepala P3E SUMA menuturkan bahwa dengan mengimplementasikan pendekatan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle), tanggung jawab produsen. Kemudian dliperluas dengan pola (Extended Producer Responsibility atau EPR). Maka pengolahan dan pemanfaatan sampah menjadi sumber daya.
"Baik sebagai bahan baku maupun sumber energi terbarukan, serta pemrosesan akhir sampah di TPA yang berwawasan lingkungan. Diharapkan hanya residu yang masuk ke TPA sehingga dapat memperpanjang umur TPA tersebut, " pesannya.
"Kami berharap agar kegiatan yang digelar ini dapat memberikan dampak dan manfaat yang positif bagi kita semua, "pungkas Jusman dihadapan hadirin peserta Bimtek yang terhubung secara hybrid.
*Pengelolaan sampah perlu dilakukan secara komprehensif, terpadu dari hulu ke hilir*
Dikesempatan yang sama , Kabid Fasilitasi Pengendalian Pembangunan Ekoregion SUMA, Suwardi., M.Si dalam laporannya bahwa Bimbingan Teknis Pengelolaan Sampah ini merupakan salah satu tusi dari Bidang Fasilitasi pengelolaan sampah dalam rangka pengendalian pembangunan diwilayah ekoregion Sulawesi dan Maluku sesuai mandat Peraturan Menteri LHK Nomor 15 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja KLHK.
"Berdasar data Indeks Kinerja Pengelolaan Sampah (IKPS) Kabupaten Maros ini masih berada pada kategori ' Sedang' (56, 69), "ungkap Kabid Fasilitasi P3E SUMA KLHK ini.
Ditambahkannya, berdasarkan laporan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kab.Maros Tahun 2024, Timbulan Sampah mengalami kenaikam setiap tahun walaupun tidak terlalu tinggi dari tahun 2021-2023 dengan rata - rata diangka 1000 ton/ tahun.
"Kalau melihat data tersebut, yang perlu ditingkatkan adalah pengurangan dengan tetap meningkatkan pula penanganan pada sampah itu sendiri, "ujarnya.
Dirincikannya, Pengelolaan sampah perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir dengan pendekatan ekonomi sirkular oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, perguruan tinggi, media dan masyarakat.
Sehingga memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan. Pengelolaan sampah ini dapat dilakukan secara
sinergis melalui bank sampah dengan melibatkan seluruh stakeholders.
"Dengan penerapan ekonomi sirkular dari hulu sampai hilir selain sampah sebagai sumber daya juga dapat mendukung peningkatan ekonomi masyarakat, " jelasnya.
"Pengurangan erat kaitannya dengan peran masyarakat khususnya peran Bank Sampah Unit dan Bank Sampah Induk. Selain untuk mengurangi Sampah yang dibawa ke TPA juga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat melalui ekonomi sirkular ekonomi, " kunci Suwardi.
(Humas P3E Sulawesi dan Maluku).